Biografi Pangeran Diponegoro: Sosok Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta

Biografi Pangeran Diponegoro Pahlawan Indonesia

Film ‘Mencuri Raden Saleh’ yang saat ini sedang banyak digandrungi memunculkan satu informasi menarik di dalamnya, yakni objek lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang dilukis oleh Raden Saleh. Untuk itu, biografi Pangeran Diponegoro sangatlah menarik untuk dikulik terkait dengan objek lukisan karya Raden Saleh ini.

Biografi Pangeran Diponegoro merupakan salah satu dari kisah hidup perjalanan Bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan mulai dari perlawanan bangsa Portugis, Belanda, Eropa hingga Jepang.

Biografi Pangeran Diponegoro

Infografis Biografi Pangeran Diponegoro Pahlawan Indonesia
Infografis Biografi Pangeran Diponegoro Pahlawan Indonesia

Berikut ini akan dibahas mengenai biografi Pangeran Diponegoro yang dapat menambah wawasan Anda mengenai perjuangan hidup pahlawan nasional. Yuk, cari tahu selengkapnya di sini!

  1. Sosok Pahlawan Kemerdekaan Indonesia

Pangeran Diponegoro dikenal sebagai putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dan sosok pahlawan dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Pembahasan mengenai biografi Pangeran Diponegoro di awali dengan Pangeran Diponegoro adalah Pahlawan Nasional yang berasal dari Yogyakarta dengan memiliki nama lengkap yaitu Raden Mas Ontowiryo yang lahir pada 11 November 1785.

Pada biografi Pangeran Diponegoro tersebut menyebutkan bahwa Pangeran Diponegoro adalah putra dari dari raja Hamengku Buwono ke-III Sehingga saat ini disebut dengan Pangeran Diponegoro.

Ketika menjelang dewasa, Pangeran Diponegoro menolak keinginan Raja Hamengku Buwono ke III untuk menjadi raja di Yogyakarta. Hal ini karena Pangeran Diponegoro memiliki alasan yaitu ibunya bukanlah seorang istri permaisuri, sehingga menurut Pangeran Diponegoro menganggap bahwa tidak layak untuk menduduki jabatan sebagai Raja.

Pangeran Diponegoro juga dikenal sebagai seseorang yang cerdas, suka membaca, dan ahli di bidang hukum Islam di daerah Jawa. Pangeran Diponegoro juga tertarik terhadap berbagai masalah mengenai agama daripada masalah pemerintahan kerajaan Yogyakarta, sehingga Pangeran Diponegoro dapat dengan mudah beradaptasi dengan Masyarakat Yogyakarta.

Selain itu di dalam biografi Pangeran Diponegoro ini, disebutkan pula bahwa Pangeran Diponegoro lebih memilih tinggal di Tegalrejo, yaitu wilayah yang berdekatan dengan tempat tinggal leluhur. Leluhur tersebut bernama Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo, yang merupakan seorang permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I, sehingga lebih nyaman tinggal di daerah tersebut daripada tinggal di keraton Yogyakarta.

Pangeran Diponegoro dalam kehidupan sehari-hari memiliki kepribadian yang menyukai sirih dan rokok sigaret Jawa dengan cara dilinting khusus dengan tangannya. Pangeran Diponegoro juga mengoleksi emas, dan memiliki hobi berkebun.

Tempat Pangeran Diponegoro dalam melakukan bertapa berada di Selarejo dan Selarong serta di daerah tersebut ditanami tanaman bunga hingga sayuran untuk kebutuhan hidup Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro memiliki kehidupan sederhana dan bersahaja sehingga disukai oleh masyarakat Jawa karena sikap dan perilakunya yang senang berinteraksi dengan masyarakat kalangan biasa.

  1. Pemimpin Perang Melawan Penjajah

Pada biografi Pangeran Diponegoro, disebutkan bahwa Pangeran Diponegoro memimpin perang untuk melawan penjajahan Belanda. Dalam sumber dari biografi Pangeran Diponegoro, terdapat informasi sejarah bahwa Pangeran Diponegoro memimpin perang untuk melawan penjajahan Belanda yang bertujuan untuk mendapatkan keadilan terhadap sikap bangsa Belanda yang telah melakukan penindasan.

Bangsa Belanda melakukan penindasan kepada masyarakat Yogyakarta dengan menyewa tanah kepada para petani di wilayah Yogyakarta, dengan melakukan penyelewengan kekuasaan. Sedangkan kepada para pengusaha swasta, diberikan hak untuk menyewa tanah tanpa batasan dan secara bebas yang bertujuan agar dapat membuat lahan perkebunan di daerah sekitar wilayah warga Yogyakarta.

Hal ini bermula pada saat Pangeran Diponegoro mulai memberikan perhatian kepada masalah keraton ketika dirinya ditunjuk sebagai salah satu anggota perwalian untuk mendampingi Sultan Hamengku Buwono  V yang masih berusia tiga tahun. Sultan Hamengkubuwono V yang masih kecil tersebut, sehingga urusan pemerintahan keraton dalam kehidupan sehari-hari telah dikendalikan oleh Patih Danureja IV dan Residen Belanda. Mengenai hal ini, Pangeran Diponegoro tidak menyetujui sistem perwalian seperti  yang telah dibentuk tersebut sehingga melakukan protes kepada Patih Danureja IV dan Residen Belanda.

  1. Pemenang Perang Jawa

Pada biografi Pangeran Diponegoro, dikenal terjadinya peristiwa perang Jawa yang berlangsung lama. Pada biografi Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional asal Yogyakarta tersebut telah dikenal sejak peristiwa terjadinya Perang Jawa. Perang Jawa pada saat itu berlangsung sangat lama yaitu dimulai dari tahun 1825 hingga 1830 sehingga perang tersebut berlangsung selama 5 tahun.

Perang Jawa mengakibatkan masyarakat daerah Jawa meninggal dunia serta pada saat itu dari pihak Bangsa Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock dengan berusaha untuk mengalahkan penduduk wilayah Jawa dalam memperebutkan wilayah kekuasaan.

Perang Jawa tersebut disebabkan karena Pangeran Diponegoro tidak ingin Bangsa Belanda ikut campur terkait urusan kerajaan di Jawa. Pada saat terjadinya Perang Jawa, pada tahun 1821, terdapat perilaku Bangsa Belanda yang telah menyalahgunakan dalam menyewa tanah yang diikuti oleh bangsa asing lainnya, seperti Inggris, Perancis dan Jerman sehingga mengakibatkan petani wilayah Jawa menjadi sengsara dan menderita di tengah kemiskinan.

Peristiwa Perang Jawa selama 5 tahun tersebut berawal dari pada tanggal 20 juli 1825 ketika pihak Istana Kerajaan memberikan perintah kepada dua bupati untuk memimpin pasukan Jawa Belanda. Pihak Istana memerintahkan kedua bupati tersebut untuk menangkap Pangeran Diponegoro di wilayah Tegalrejo.

Saat itu rumah Pangeran Diponegoro dirusak hingga dibakar oleh pimpinan pasukan tersebut. Namun pihak keluarga dan Pasukan Pangeran Diponegoro telah melarikan diri sebelumnya dengan menuju ke arah barat hingga sampai di daerah Desa Dekso, Kabupaten Kulonprogo, hingga melanjutkan perjalanan tersebut ke daerah selatan dari wilayah Kulonprogo.

Selanjutnya Pangeran Diponegoro pindah ke daerah Bukit Selarong hingga menjadikan Goa Selarong sebagai markas besar dari Pasukan Pangeran Diponegoro yang berada dari jarak 5 km dari barat Kota Bantul. Selain Goa Selarong, Pangeran Diponegoro juga menjadikan Goa Kakung yang berada di sebelah barat sebagai tempat untuk bertapa.

Pangeran Diponegoro bersama petani dan golongan lainnya memberikan sumbangan uang dan barang-barang sebagai dana untuk kebutuhan perang, sehingga terbentuk Pasukan Pangeran Diponegoro sebanyak 19 orang.

Pasukan Pangeran Diponegoro memiliki semboyan “sadumuk bathuk, sanyari bumi dithoi tekan pati” yang artinya sejari kepala sejengkal, tanah dibela sampai mati. Perang Jawa juga disebut sebagai Perang Tegalrejo ini juga menjadi perang jihad dalam melawan pasukan Belanda.

Pangeran Diponegoro merupakan sosok religius yang telah dikeluarkan dari istana karena adu domba yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Letnan Jean Nicolaas de Thierry sebagai pemimpin pasukan Bangsa Belanda yang meniru penampilan Pangeran Diponegoro dengan memakai sorban berwarna putih dan memakai pakaian Bangsa Arab pada saat Perang Jawa berlangsung.

Pertempuran Perang Jawa tersebut semakin menegangkan dan sengit ketika suatu wilayah dikuasai Belanda pada siang hari. Kemudian ketika malam hari, wilayah tersebut direbut kembali oleh Pasukan Pangeran Diponegoro.

Peperangan besar oleh rakyat daerah Jawa dilakukan ketika musim hujan sehingga para senopati bekerjasama dengan alam sebagai senjata tak terkalahkan dalam melawan Pasukan Belanda.

Pada saat musim hujan tersebut, Gubernur Belanda melakukan gencatan senjata dan berunding untuk menentukan strategi baru dalam melawan Pasukan Pangeran Diponegoro.

Hujan deras di wilayah Indonesia sebagai daerah tropis tersebut menyebabkan pasukan Belanda terhambat dalam melakukan perlawanan terhadap Pasukan Pangeran Diponegoro. Sehingga Pasukan Bangsa Belanda mengalami malaria, disentri, dan penyakit yang menyebabkan kondisi fisik Bangsa Belanda melemah.

Oleh karena itu, Bangsa Belanda akhirnya menyebarkan provokasi dan adu domba kembali serta informasi adu domba tersebut tersebar di desa dan kota wilayah Pasukan Pangeran Diponegoro.

Aksi provokasi dan adu domba yang dilakukan bangsa Belanda  memiliki tujuan untuk menghasut dan memecah belah anggota keluarga Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Tetapi pejuang Pasukan Pangeran Diponegoro tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda hingga titik darah penghabisan.

Baca Juga: 3 Manfaat Mempelajari Sejarah dan Pahlawan di Indonesia

  1. Ahli Strategi Melawan Penjajah

Biografi Pangeran Diponegoro juga berisi informasi mengenai strategi yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dalam melakukan perlawanan terhadap Bangsa Belanda.

Pangeran Diponegoro mengadakan pertemuan bersama masyarakat Jawa berdasarkan dekrit oleh Van Der Capellen. Pangeran Diponegoro melakukan strategi dengan cara membatalkan pembayaran pajak yang digunakan kepada petani di derah wilayah Telgalrejo hingga dapat membeli senjata dan makanan dari hasil pajak tersebut.

Latar belakang Pangeran Diponegoro dalam melakukan perlawanan kepada Bangsa Belanda yaitu dimulai dari bulan Mei tahun 1825 ketika Patih Danureja memasang tonggak dan membangun rel kereta api yang melewati makam para leluhur atas perintah Bangsa Belanda.

Kemudian Hendrik S saat itu berperan sebagai Residen Yogyakarta dan diangkat menjadi Gubernur Jenderal dengan memiliki tugas untuk memperbaiki jalan kecil di daerah Yogyakarta sehingga proses pembangunan tersebut dilakukan mulai dari daerah Yogyakarta hingga ke wilayah Magelang.

Dalam pembangunan tersebut, terdapat patokan yang telah dipasang dengan melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro, mengenai tindakan tersebut akhirnya Pangeran Diponegoro mengganti patokan tersebut dengan tombak sebagai tanda untuk menyatakan perang melawan Bangsa Belanda.

  1. Dimakamkan di Daerah Luar Pulau Jawa

Pangeran Diponegoro ditangkap pasukan bangsa Belanda dan meninggal serta dimakamkan di daerah luar Pulau Jawa. Dalam bagian dari Biografi Pangeran Diponegoro, pada tahun 1827, Bangsa Belanda menggunakan sistem pertahanan benteng untuk menyerang Pasukan Pangeran Diponegoro.

Selanjutnya pada tahun 1829, Kyai Mojo sebagai pemimpin spiritual dan membantu pemberontakan telah ditangkap oleh Bangsa Belanda. Selain itu Bangsa Belanda juga melakukan perang saudara antara pihak keraton Yogyakarta.

Hal ini membuat beberapa masyarakat dan keluarga kerajaan berpihak kepada Pangeran Diponegoro dan namun masih ada beberapa masyarakat Jawa dan anggota kerajaan yang yang melawan terhadap Pangeran Diponegoro.

Pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menangkap pasukan Diponegoro di daerah Magelang. Pasukan Bangsa Belanda melakukan strategi, yaitu siasat dan melakukan perundingan untuk menangkap Pangeran Diponegoro, sehingga Pangeran Diponegoro menyerahkan diri untuk ditangkap asalkan pasukannya Pangeran Diponegoro dibebaskan.

Pahlawan Nasional asal Yogyakarta tersebut ditangkap serta diasingkan di derah Manado, Sulawesi Utara. Sebelum diasingkan ke daerah Manado, Pangeran Diponegoro juga telah disekap di penjara bawah tanah Stadhuis oleh Pasukan Belanda.

Selanjutnya Pangeran Diponegoro dipindahkan ke daerah Ujung Pandang, sehingga akhirnya pahlawan nasional dan pemimpin Perang Jawa tersebut meninggal dunia pada usia 69 tahun dengan dimakamkan di daerah wilayah Makassar, Sulawesi Selatan pada 8 Januari 1855.

Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional yang meraih Penghargaan Tertinggi oleh organisasi dunia UNESCO pada 21 Juni 2013 lalu dengan gelar Memory of The World pada karya Babad sebagai dokumen sejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro.

Selain itu, di Jakarta terdapat sebuah nama jalan di daerah Menteng yang bertujuan untuk menghargai dan mengenang jasa pahlawan nasional ini. Pangeran Diponegoro juga dibuatkan sebuah monumen yang menghiasi pelataran di Monas DKI Jakarta.

Rekomendasi Bacaan Para Pahlawan Indonesia Lainnya

Terdapat buku yang dapat melengkapi ilmu pembaca dalam hal sejarah di Indonesia khususnya mengenai pahlawan. Seri bahasa dan budaya Indonesia adalah salah satu buku yang sangat direkomendasikan untuk dimiliki dan dibaca sepenuhnya oleh siapapun, khususnya para siswa siswi dan pendidik.

Seri Bahasa dan Budaya Indonesia

  • Buku Referensi Terbaik - Jilid 1 Bahasa dan Budaya Indonesia

Untuk dapatkan berbagai wawasan lain seputar biografi para pahlawan Indonesia dalam membela tanah air, Anda bisa membaca buku seri Bahasa dan Budaya Indonesia. Terdiri dari 3 jilid buku, Anda bisa mendapatkan berbagai informasi lengkap seputar kisah heroik para pahlawan Indonesia, seperti biografi Pangeran Diponegoro, dalam membela tanah air serta keberagaman bahasa dan budaya di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari pulau Jawa, Sumatera, hingga daerah Indonesia Timur.

Penutup

Demikian informasi seputar biografi Pangeran Diponegoro, pahlawan Nasional Indonesia asal Yogyakarta yang kisah hidupnya terlukis dalam sebuah lukisan karya Raden Saleh yang diangkat dalam sebuah film baru berjudul ‘Mencuri Raden Saleh’.

Dari popularitas film baru ini, kita bisa kulik lebih dalam lagi berbagai informasi dan wawasan penting seperti biografi Pangeran Diponegoro. Semoga dengan hal ini dapat menambah ketertarikan masyarakat dalam mengulik lebih dalam seputar sejarah Indonesia, seperti mengupas tuntas biografi Pangeran Diponegoro ini.

Leave a Comment

Enter Captcha Here : *

Reload Image

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Related Post